Dear Jonski,
Bukan kabar burung, kau tak lagi memuja bab dua.
Oleh karenanya, satu hal dari bab tiga itu sudah aku tuliskan baik-baik disini.
Perihal larangan menguburkan jiwa dalam debu surga
dan tentang titah membawanya terbang bebas ke bumi
agar kita dapat setengah mati membuat bumi bermakna.
Aku cukup hafal kau tak lagi memuja bab dua,
yang isinya melulu soal tidur.
Kau tak lagi terlalu suka tidur, ujarmu. Ada tengat yang menghadang.
Lalu perlahan kita mulai mengidolakan penjaga-penjaga malam
untuk sekedar mengingatkan agar senantiasa terjaga.
Di antara payung dan doa-doa,
di hari itu bisik beredar di antara kamboja
bahwa waktu sudah habis dan tengat lewat.
Tapi bagi kami, itu tidak berlaku bagi mereka
yang pernah membawa jiwa terbang bebas ke bumi,
untuk menciptakan bumi makna.
Tidak bagi yang hidup selamanya,
seperti riff-riff Dimebag Darrell yang kau curi.
Seperti para nabi pencoleng kebajikan di antara lelap bumi.
Seperti mereka yang membebaskan hujan dari tirani puisi.
Aku cukup hafal kau tak lagi memuja bab dua
yang isinya melulu soal tidur.
Itu semua tak penting lagi.
Hiraukan Zarathustra, tetaplah terjaga di sana.
Karena kami semua saksi
bahwa apa yang kau tinggalkan abadi di muka bumi,
hidup lebih liar dari potongan riff Trevor Peres yang kau mutilasi.
– Your forever carnal
*******
Robby
January 28, 2015
Sedih asli, ditambah lagi ngeliat nisan yg diikat bandana 😦
revolusianto
January 28, 2015
Toast to the Dead
fifin
January 29, 2015
Al-fatiha always for you Mr.JJ
dewinolli
January 29, 2015
Lovely ☺
Ndrolonk
January 29, 2015
another awesome inspirational people.
kris
June 22, 2015
Punten,Kang bisa minta email