Angin mulai menggantikan rutinitas hujan mengunjungi Bandung. Untuk beberapa malam agak tidak aman berkendara di atas jalan layang Pasupati menggunakan motor dengan kecepatan tinggi karena angin kencang dari samping dapat tiba-tiba membuat motor oleng. Bagi saya, pukul 8 malam agak terlalu dini untuk keluar, mengingat itu masih dalam lingkaran waktu krusial menemani anak-anak saya mengerjakan pekerjaan rumah. Kawan-kawan bersepakat bertemu pukul 8 malam dan saat itu sudah hampir pukul 9. Saya terlambat, seperti biasa. Oleh karenanya tak peduli angin gerubuk, saya tetap memutuskan melewati Pasupati untuk menghindari forum berjalan lebih ngaret lagi.
Sesampai disana kawan-kawan menyambut dengan sindiran atas keterlambatan, tawaran kopi susu hangat dan laporan awal perihal sebuah billboard dan acara peluncuran buku di sebuah kafe yang cukup mengagetkan kami. Isu adanya pejabat pemerintahan dan desas-desus kooptasi plus penggiringan komunitas pada isu kampanye terselubung itulah yang membuat kami berkumpul. Beberapa kawan dari komunitas Ujungberung pula hadir disana untuk berbagi info tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Scene Bandung (atau bisa dimanapun) nampaknya sudah melewati persoalan ko-optasi lebih dari satu dekade lalu. Persoalan kooptasi, selling-out, komersialisme sudah terlalu basi untuk dijadikan wacana kritis setelah menahun dibahas dengan banal-nya. Bagi saya pribadi, urusan menjadikan karya dan aktivitas personal dan komunal bebas dari unsur keterlibatan korporasi, sudah saya jadikan doktrin personal. Cukup dipraktekan sendiri dan peduli setan apa yang orang lakukan. Dan rasanya sejauh ini cara itu adalah yang paling nyaman, indah dan efektif. Saya hanya perlu memfokuskan diri pada apa yang saya dan kawan-kawan saya yakini (merilis/mendistribusikan rekaman, membuat media dan acara komunitas) secara independen tanpa korporasi, dan tak perlu lagi membuang energi mengkritik mereka yang tak sejalan. Bagi yang sejalan, kita bisa bekerja bareng, bagi yang tidak, mereka bisa menikmati hidup dengan jalan mereka. Sesimpel itu, karena selain masalah ini tidak hitam-putih, pula karena toh pada akhirnya semuanya adalah pilihan.
Bahkan ketika belakangan fenomena endorsement Djarum Super semakin menggila di komunitas-komunitas di Bandung, saya -sumpah mampus- tidak peduli. Berjalan bersama kawan-kawan di scene Bandung sejak hampir 20 tahun lalu, saya belajar banyak hal dimana tidak semudah itu menilai fenomena ko-optasi dan integritas, bukan hanya karena pergeseran nilai semata, namun faktor-faktor dan apa yang terjadi diluar sana sangat kompleks. Bukan hanya karena saya tidak hidup di ruang dan waktu saat Tim Yohannon membuat Maximmum RockNRoll, namun yang ini paling beralasan; banyak hal lain yang lebih penting dan lebih layak secara strategis kita perhatikan dibanding mempermasalahkan hal-hal itu.
Pada level kultural agaknya lebih mudah untuk membuat toleransi dan memahami nilai. Tapi belakangan fenomena menjijikan nampak mulai menyeruak di Bandung ketika kooptasi mencapai level Politik (dengan P besar, tentunya), persis ketika ada nama pejabat diarak-arak ke tengah lingkaran ‘underground’ (whatever the fuck that means). Banyak kawan yang segan untuk menyikapi dan memberi pernyataannya karena banyak hal. Misalnya pertemanan, kondusifitas komunitas dan tentunya; nama besar pluralisme dan toleransi yang komunitas di Bandung usung sejak lama.
Saya tidak sedang berkata bahwa kawan-kawan sedang lupa perihal politik kekuasaan yang menyebalkan dan dampaknya pada komunitas. Namun rasanya ada yang menggelikan saat komunitas yang besar tumbuh mandiri, tidak tidak dibesarkan oleh kekuasaan dan tidak bergantung pada bantuan korporasi, namun di kemudian hari mengusung para elit politik ke tengah-tengah komunitas terutama di waktu-waktu ketika angin pemungutan suara mulai bertiup kencang seperti angin malam di atas Pasupati yang bisa membuat motor kalian oleng. Terlebih dengan sadar menempatkan diri di tengah pacuan kuda kepentingan politik para elit adalah sesuatu yang kebablasan kalo tidak bisa disebut keterlaluan.
Sebelum ini jadi salah paham, saya tekankan bahwa saya tidak sedang mempermasalahkan kerja bareng banyak kawan dengan Djarum Super, meski bagi saya pribadi mengguritanya tentakel mereka adalah sumber masalah. (Sudah bukan rahasia lagi kedekatan orang dalam Djarum dengan beberapa calon Walikota berurusan dengan dana kampanye dan berujung pada negosiasi politik). Selama ini, identifikasi Djarum sebagai korporasi musuh hanya sebagai strategi di kalangan kami yang bekerja di ruang-ruang ‘politik’ dan ‘aktivisme’, bukan sebagai alasan untuk tidak menghormati pilihan kawan-kawan lain di wilayah kultural.
Adalah hak mereka untuk bekerja sama dengan korporasi manapun termasuk Djarum, meski bagi kami Djarum sama busuknya dalam mengacak-ngacak Bandung, terutama sebagai korporasi cerdik oportunis yang menunggangi sempitnya ruang gerak komunitas di kota ini pasca tragedi AACC yang menelan korban jiwa, dimana pasca tragedi itu muncul politik perizinan yang hanya mengizinkan mereka yang berduit dan dekat dengan kekuasaan yang bisa membuat acara musik secara intens. Kondisi ini menghasilkan lebih banyak lagi broker event dan EO-EO oportunis yang sebelum kasus AACC terjadi jarang muncul karena tak laku di tengah-tengah kemandirian komunitas.
Momen AACC itu seolah jadi titik balik bagi Bandung, seolah menjadi pembenaran otoritas untuk membatasi acara kawan-kawan yang selama ini tak pernah bermasalah juga menjadi lahan empuk bagi aparat kepolisian untuk mendapatkan sumber dana segar tambahan. Anehnya, Bandung seolah ikut larut pada plot yang mereka setting. Kondisi ini akhirnya membuat banyak legitimasi baru; mulai dari kebutuhan kita pada belas kasihan finansial korporasi, dukungan partai politik hingga pembenaran bahwa rasa aman hanya datang dari militer, dampak dari saking seringnya acara dibuat di daerah militer untuk menghindari gangguan polisi.
Saya tak tahu apakah ini dekadensi bagi Bandung atau bukan, namun yang saya tahu, Bandung dari tahun ke tahun hidup dari nyawa acara-acara kecil namun intens, dimana komunitas berkumpul dengan intim berkomunikasi. Dimana band-band baru bermunculan dan belajar bersama tentang komunitas. Acara besar hanya sebagai perayaan selingan seperti hari raya, penting namun bukan nyawa komunitas. Acara bagi kami dahulu bukan sekedar menonton band manggung seperti layaknya panggung-panggung musik diluar sana pada umumnya. Disana terjadi tak hanya tontonan hiburan belaka (which is still the best part of our world), namun juga pertukaran informasi, skill, wacana bahkan aktifitas ekonomi yang organik dan otonomus.
Dengan adanya politik perizinan, semuanya bubar. Setelah itu cerita kemandirian berangsur berganti makna menjadi cerita bagaimana banyak kawan ‘mandiri’ dalam memilih bekerja sama dengan dompet-dompet tebal dan menyesuaikan dengan izin legalitas yang ada dibanding mengorganisasikan diri sebagai kesatuan identitas dalam melawan politik perizinan yang diskriminatif ini. Hanya sedikit saja kawan-kawan di Bandung yang tetap mengorganisir acara sendiri seperti kawan-kawan di kolektif Alternaiv/Balkot, kolektif Hardkor Kios dan kolektif Pyrate Punx yang memiliki sound system sendiri sehingga bisa bergerilya mengadakan gigs mikro. Tapi mereka hanyalah minoritas.
Meski saya tahu tak ada seorangpun di komunitas Bandung ini berniat, aksi kawan-kawan itu jika terus menerus dan ditradisikan sama artinya dengan menihilkan keberadaan komunitas-komunitas kecil yang tak punya daya tawar apa-apa untuk membuat acara selain niat, passion dan ketulusan mereka. Beruntung bagi mereka yang punya cukup duit, dekat dengan broker event dan pintu-pintu duit korporasi (seperti Pak Herman Djarum Super itu) atau dekat dengan partai politik atau elit politik/ pejabat tertentu. Yang tidak? silahkan bermain di studio gigs, diam duduk manis atau bikin acara yang siap digerus dan siap-siap berhadapan dengan aparat atau ormas-ormas fasis.
Sekali lagi, semua berhak memilih keterlibatan mereka dengan pihak manapun jika berbicara di level kultural. Bahkan dengan Freeport sekalipun saya bisa tak ambil peduli. Invasi dalam ruang kebudayaan hanya bisa ditandingi oleh kultur tandingan, bukan dengan boikot acara yang hanya menggesek secara permukaan saja dan menciptakan potensi konflik horizontal dengan sesama kawan yang notabene hanyalah korban dan tentu saja; kontra-produktif. Namun permasalahan akan sama sekali beda jika fenomena dukungan mulai pula mengusung-ngusung seorang (atau lebih) elit politik seolah selama ini komunitas menjadi besar atas keterlibatannya.
Gelagatnya dimulai jauh hari, mulai nampak aneh ketika suatu hari di bulan Juni tahun lalu saat saya mendengar perihal konferensi pers event “Bandung Berisik” di sebuah kafe, dihadiri oleh Wakil Walikota, anggota dewan asal fraksi Golkar (what the fukk?!) dan beberapa kawan dari komunitas Bandung. Memang hanya sekedar dialog, tatap muka/ramah tamah namun fenomena itu tetap menggelikan, meski akhirnya bisa kami anggap itu sebuah blunder yang diperlukan oleh kawan-kawan agar acara sukses.

Konferensi Pers "Bandung Berisik" Juni 2011, gambar dipinjam dari http://www.bandung-underground.com
Enam bulan kemudian, datanglah hari samber geledek itu. Beberapa minggu lalu. Terus terang meski muak, saya sudah terbiasa melihat neonbox dan billboard Djarum Super di hampir tiap pojokan Bandung. Namun kali ini saya sungguh terkejut pada suatu hari melihat tak hanya Djarum bersanding dengan nama kawan-kawan, tapi pula nama Ayi Vivananda. Seorang yang kita tahu hari ini menjabat sebagai Wakil Walikota Bandung, dan sedang dalam usaha kampanye terselubungnya sebagai salahsatu calon Walikota dalam pertarungan Pilkada mendatang. Meski hanya promosi sebuah diskusi pada peluncuran satu buku seorang bule yang membahas musik ‘Underground’, penampakan pada billboard itu menjadi tidak biasa karena nama sang wakil walikota terpampang sebagai salahsatu pembicara. Saya langsung ngeh, bahwa fase kooptasi memasuki sebuah fase yang krusial, dengan begitu terang-terangannya.
Yang saya ketahui sejak dahulu scene Bandung berusaha menjauh dari hal-hal yang berbau usung-mengusung pejabat. Tak perlu menjadi seoraang aktivis, anarkis atau orang melek politik untuk tahu bahwa pejabat di negeri ini punya kepentingan tersendiri yang akan selalu berada dibalik kepentingan ekonomi. Mereka akan selalu berpihak pada kekuasaan modal bukan kepentingan warga. Contoh sepelenya: jika benar pembersihan pedagang kaki lima di area Dago untuk kebersihan dan ketertiban, lalu mengapa setelah aksi K3 itu bertaburan FO-FO dan butik fashion/kuliner keparat yang justru memacetkan Dago dan memproduksi sampah lebih banyak dari pedagang kaki lima. Atau kasus perusakan lingkungan di Cimenyan, kalian tentu tak perlu jadi orang pintar untuk tahu siapa yang membekingi para kontraktor brengsek itu. Atau kasus undang-undang tata ruang yang memberi jalan lebar bagi pengelolaan ruang publik secara komersil dan hubungannya dengan kriminalisasi Pak Haji Atjeng dan kasus Ciosa. Atau kasus kebebasan berekspresi dan berpendapat sekalipun, jika kalian pikir kasus penyerbuan dan pembubaran diskusi di Ultimus lampau oleh ormas itu tanpa sepengetahuan pemerintah dan aparat, silahkan buat diskusi sejenis secara terbuka (bukan sembunyi-sembunyi) untuk mengetesnya besok hari.
Puncaknya, hari ini, yang seharusnya menjadi hari yang membanggakan, betapa tidak, pada akhirnya kawan-kawan Ujung Berung merayakan hari mereka sebagai komunitas; membuat acara besar bertajuk “REBEL NATION” yang lebih dari sekedar acara musik namun juga pameran dokumentasi perjalanan komunitas, drawing workshop, penulisan dan bazaar produk-produk lokal dsb dalam dua hari. Ini cukup berarti karena sudah seharusnya mereka mendapatkan kredit atas apa yang telah mereka lakukan.
Bagi saya pribadi, saya memiliki hutang inspirasi tersendiri pada mereka, sejak hampir dua dekade lampau saat saya pertama kali menemukan zine lokal pertama dalam hidup saya, Revogram, yang inspiratif dan membukakan saya pintu ke ruang yang lebih luas lagi atas pemaknaan musik, komunitas, kemandirian dan pergulatan eksistensi. Dimana seiring dengan berjalannya waktu, sebagian besar dari mereka bukan hanya menjadi sekedar sesama scenester di Bandung, namun terlebih telah menjadi sahabat dan keluarga. Pernah bertukar keringat dan suara di mosh pit, berdarah bersama di era meruntuhkan rezim Suharto, pernah menggelandang bersama, makan dari piring yang sama di era tak menentu mencari pemaknaan atas kebenaran di antara bumi dan langit bahkan bersama pula memakamkan beberapa kawan.
Hari ini yang seharusnya saya bisa yakin bahwa menjadi besar, solid, bertahan dari amukan waktu hanya bisa dibuktikan oleh komunitas Ujung Berung. Komunitas yang memiliki band dari yang sangat radikal hingga yang paling kompromis dalam hal berurusan dengan korporasi namun tak satupun yang jelek secara estetis. Komunitas dengan ikatan emosional antar anggotanya yang tak pernah saya temukan padanannya di pojok Bandung manapun. Namun lagi-lagi, entah mengapa nama Ayi Vivananda muncul lagi di event ini, membuat saya tak habis pikir mengapa kawan-kawan bisa kecolongan masuk dalam plot politik pencitraan mereka, atau memang bukan kecolongan a.k.a disengaja?
Saya selalu berharap ini juga blunder, meski agak absurd menganggap blunder dilakukan berkali-kali, namun tak ada salahnya berharap demikian dengan harapan tak ada lagi endorsement sejenis di esok hari. Karena saya yakin tak seorangpun dari kawan-kawan yang rela disodomi secara politis dengan cara menjadi bagian dari kosmetik kampanye mereka. Saya sangat optimis ini tidak berulang, karena saya dengar tak semua dari kalian setuju beririsan dengan politik kekuasaan, saya dengar pula friksi kecil dimana kalian berdebat hingga sampai pada titik kesimpulan bahwa akhirnya acara harus tetap jalan. Salut saya berikan bagi mereka yang tak setuju namun ogah meninggalkan kawan satu komunitas menjalankan acara tanpa bantuan. Sikap seperti ini yang mungkin menjadi salah satu alasan mengapa komunitas kalian begitu solid dan bertahan selama itu.
Dan saya yakin tulisan ini tidak kawan-kawan Ujungberung anggap sebagai sesuatu yang ofensif. Anggap saja ini tulisan seorang sahabat yang tak ikhlas kawan-kawannya menjadi bagian dari para penghisap kontol dan penjilat pantat seperti kebanyakan dari mereka di arena politik sana. Sebagai penutup, saya mengingatkan sedikit kredo lama yang pernah kita yakini: “Yang lebih hina dari diperintah adalah memilih mereka yang akan memerintah”, namun kita sekarang nampaknya harus pula menambahkan; “Dan yang lebih hina lagi adalah ikut terlibat mempromosikan mereka yang akan memerintah”.
mista, maja, utama nyanghareupan taun mamprang.
-Ucok.
Anugerah Tragedi Revolusianto
February 6, 2012
tidak hanya di bandung saja sponsor sekelas Djarum menjejali Bandung, di Probolinggo seluruh penjuru perempatan iklan tersebut serasa menyebalkan dan BENAR dengan politik tai kucing di belakangnya. begitu juga sama di Malang, cuma beda sponsor, Sampoerna berjaya. sucks.
gutterspit
February 6, 2012
Saya rasa sih bukan soal Djarum2nya amat. Itu sih bisa di-skip…
tapi kalo udah nyosor jadi kampanye terselubung calon pilkada, itu asem.
Anugerah Tragedi Revolusianto
February 6, 2012
seperti dulu, serupa sengkuni a.k.a amien rais cari simpati para slank and slankers. *ngakak* 😀
tapi untuk wilayah jawa timur hampir sama dengan apa yang Bang Ucok bahas diatas. menyebalkan memang. apalagi Malang yang dikata orang Bandung-nya Jawa Timur.
VICIOUS O JOE
February 11, 2012
Agree
otong
February 6, 2012
nimbruuung
gutterspit
February 6, 2012
otski…, yo yo yo waslap waslap…
wenz
February 6, 2012
Cok, kalau dalam merespon kasus Jokowi gimana nih? Pencitraan juga dan anak metal juga kan doi 😉
gutterspit
February 6, 2012
ada yang namanya lokalisme perlawanan wenz, selain make perspektif yang zoom out tentunya. nah ada beberapa kasus yang saya ga berhak komen karena memang bukan wilayah saya untuk komen. mungkin kawan-kawan solo yang lebih berhak ngomong soal jokowi itu. bagaimana dia dulu naeknya ke tampuk walikota, lalu apa yang diperbuat selama jadi walkot dsb. bukan cuman melulu ngurus anak metal, tapi gimana dia ngurus tata kota, perburuhan dsb.
tapi kalo ditanya general sih yaaaa, eyke sih never trust leaders. mau dia anak metal ato hiphop ato gothic ato fans nya depeche mode…, hihihihi. meskipun ada yang bener, kita taruhan deh, kalo ada lagi model jokowi gitu lu gua traktir es cendol cihampelas la yaw… 😀
febbylorentz
February 6, 2012
setuju lur…dan mereka biasanya hanya menuai janji fasilitas berkreasi dan lain-lain,tapi buktinya nothing *ps:kebetulan ada teman masih save video janji kampanye walkot beberapa saat lalu ttg janji thd komunitas ; sampai sekarang buktinya?NOTHING !, dan semua seperti terbentur bahasa “anggaran” “dewan” dll,bullshit!…IMHO,kita, maksudnya ujungberung crew + dan beberapa scene komunitas lain sampai saat ini bisa maju dan berkembang tanpa ada support goverment,,walaupun ada mungkin hanya sebatas “ngiring bingah” ,keep the spirit,we(still) can do it by ourself,and our own way,lets prove it,unity !
btw,acara #rebelnation kemarin keren,(diluar keterlibatan “dalem bandung” disana), salute buat rekan-rekan ujungberung, u make me proud to be part of this city ! mamprang !
gutterspit
February 6, 2012
siap maaaaaang pebi…
distractors
February 6, 2012
viva la diy show!!!
denzki
February 6, 2012
ouwh ya nambahin satu lagi pas di Launchingnya JURNAL KARAT di upi bisa di cek deh kaka….
gutterspit
February 6, 2012
oh yes itu juga dech…, lupa daku masukin. thanx yes.
armf
February 6, 2012
hahaha
bhkan di kota kecil seperti blitar, bbrapa scene mulai terkontaminasi dan berkoalisi sm sponsor2 besar namun sejauh ini blm ada yg dilatarbelakangi unt kpntgan politik
napy
February 6, 2012
ya, ketika para idola ini mulai sibuk menata hidupnya, mencoba (lebih) menghidupi diri dengan cara yang seperti ini. dan ketika para generasi mudanya (sebagian besar) hanya dijadikan target marketing dan konsumen life style, bukan untuk diajak belajar bersama.
akankah kedepan jadinya kita cuma punya cerita “dulu ujungberung rebels adalah komunitas underground paling besar dan solid” ?
ryan pryadi
February 6, 2012
bung izin nge-share ya . . . salam!!!
gutterspit
February 6, 2012
silahkenz bozz
drayma
February 6, 2012
kombinasi laknat, elit,cukong dan aparat….. Viva la kosmetik….
gutterspit
February 6, 2012
mang, cik mana menta kadu teh…, nu petruk yesss
fundamental
February 7, 2012
🙂 ke di email keun…hkhkhkh
@siumed
February 9, 2012
bejaan aing mun geus datang kaduna nya..
Diehard
February 11, 2012
Heuuggghhh…..
si anggi
February 6, 2012
ijin share ah cok
Husni K Efendi
February 6, 2012
Kira2 mungkin motivasi “kawan2” yang memang bukan kecolongan a.k.a disengaja apakah hanya sekedar untuk aman dan nyaman dalam mendapat ruang berekspresi..??
ataukah kejadian semacam di ultimus beberapa tahun lalu terulang..??
dengan pertanyaan yang hampir sama ketika tempat tadi sudah dirasa tidak aman, alih2 bersolidaritas malah muncul pertanyaan :
“wah euweh tempat manggung deui euy..”
apakah sebegitunya mungkin “ruang ekspresi” menjadi sakral dan tergadaikan dengan katakanlah “idelaisme” yang diimani..??
maaf cok, cuma penasaran, karena saya bukan seniman, musisi, apalagi aktivis.
Jadi tidak tahu bagaimana proses “barter” itu mungkin makan ati, atau ikhlas2 saja.
mungkinkah ada alasan lain selain itu..??
Punten ah, ngalangkung…
salam
Husni.
gutterspit
February 6, 2012
wah rumit ni, hihihihihi. ya tapi intinya gitu deeeech
quigonjean
February 6, 2012
anjirrrr… caleg? puihhhh hina
oc
February 6, 2012
diy or die!!
gutterspit
February 6, 2012
or die trying 🙂
edwinerlangga
February 6, 2012
“Sejati-sejatinya, Bandung itu berkarakter anti-militer…” asa wauh teu…?
gutterspit
February 8, 2012
ka maneh? wawuh ‘Kek. ka militer henteu… 😀
mang emi
February 6, 2012
Viva la Ucok for walikota ha2…
gutterspit
February 8, 2012
njir.
Apriyan
February 6, 2012
Hahahaha masalah yang cukup PELIK….
DIY memang sangat rentan terombang ambing oleh UANG DAN KETENARAN yg telah membutakan mata hati….
Tanpa misi ataukah mereka frustasi,VOcal dan Melodi hanyalah untuk mati (Sosial Sosial)
Ogrish
February 6, 2012
Sampurasun
Nya mugi-mugi we dulur-dulur arurang geura saradar, yen nu ngarana politik teh eweuh jeung moal aya guna, komo jang nyanghareupan kreativitas anu mandiri mah.
Jadi bodor mun gorowok dina eta jero taneh geus jadi suara kampanye, komo jeung jadi iklan produk-produk major mah, naon bedana jeung SPG (Sales Promotion Gay) coba hehehe… Hatur nuhun ah…
aria
February 6, 2012
Hola semua!!! klo menurut sy untuk mengukur nilai seberapa solidnya sebuah komunitas bkn dgn kemampuan seberapa gedenya bikin acara.. gak penting ah. dari dulu komunitas di Bdg mampu berdiri sendiri kok, gak pernah kompromi ma para ‘elit politik’ apalagi sampe harus ngemis gig ma mereka. cuih!! era ku setelan atuh ah.. dandanan sangar tp pehul kan teu lucu hehe
yk_hc
February 6, 2012
share memaparkan mengenai fakta-fakta cengkraman bisnis tembakau global dan Indonesia. : http://www.youtube.com/watch?v=DiyWK3fzTpA&feature=player_embedded
reviev : http://betterdayzine.blogspot.com/2012/01/kenyataan-pahit-di-balik-racun-itu.html
bukan hanya dibandung aja kang hampir disetiap kota besar uda ngalamin.
rylsick
April 9, 2012
http://regional.kompas.com/read/2012/04/02/14503997/Sultan.Kampanye.Antitembakau.Pangkal.Pengangguran
ada komentar?
bobi
February 6, 2012
Ijin share bang…
Hyoga
February 6, 2012
Mari kita bicara” lg, om Ucok.. 🙂
gutterspit
February 8, 2012
mariiii Yog…. 😛
odi
February 6, 2012
sepakat cok sama penggalan beberapa bait kalimatnya, “pemimpin yg baik adalah jiwa yg berhasil mimpin diri sendiri untuk mencapai klimax hidup”
ganjar666
February 6, 2012
Mari kita siasati dan bangkit kembali perlahan-lahan..
Eka Kartasasmita Handari
February 6, 2012
ngiring ngadangukeun ti leuweng mang…:D….
molly
February 6, 2012
apakah ini bisa disebut sebagai fase kematian subkultur?
gutterspit
February 7, 2012
Emang pernah ada subkultur? 🙂
starscreams
February 7, 2012
mungkin efek kapitalis sudah melihat prospek bandung dan kota2 lainnya sebagai scene musik yg bisa menghasilkan laba bagi korporasi tsb.. klo masalah gigs yg beralih/kecolongan itu balik lg ke butuhan2 individu, munafik lah klo gak masalah perut..
i love ababil
February 7, 2012
jika sudah terjebak dalam kompromi ,banyak hal yg akan terjadi…di satu sisi menunjukkan ke banyak scenester ,baik dalam ato luar negeri .klo hal ini adalah keren (metal -expo) ,tapi di sisi yang lain akan menjadi bumerang yang menjatuhkan bahkan menggelikan…smua ada konsekuensinya 🙂
mungkin suatu saat,pemilihan rt pun akan seperti ini…
Asep
February 7, 2012
Ngiringan weh..
ojel biafra
February 7, 2012
wah, rumit kali perkaranya, bang ucox…hehe….tapi saya—yang tak pernah mengaku sebagai “anak metal”–menikmati tulisan anda…hanya satu kata: salut!
kimun666
February 7, 2012
mantaaaappps dikopiiiww braadd
gutterspit
February 7, 2012
Siaffffff!!!
ademuir
February 7, 2012
another limbo muthafucka.. cageur coooxxx??? ieu nekrodeath kumaha nasip na yeeuh?:p
gutterspit
February 7, 2012
Ih didinya awiz tepangzzz. Urg boga bulldozer wakakaa
sssstttt
February 7, 2012
nu bakal “leuwih rebel” mah rilisan sssloth ti grimloc, diantos pisssaaannn, can’t hardly wait ‘cok.. 😀
gutterspit
February 9, 2012
band bahaya SSSLOTH mah, kade. 😀
Amenkgb
February 7, 2012
Sapuk ang! nya kade barudak bilih salah ngalengkah pangelingankeun,kamimah nitip we ang! ayeunamah kami sibuk ngurus budak….hehehehe
gutterspit
February 9, 2012
Siap mang Ameng…, ieu mah saukur salam kadeudeuh hungkul ka barudax. Hirup mah saling ngelingan da. Cik pangelingankeun si butche tong mamawa bedil wae kitu, kecuali dipake… :))
Moow Vicky Aziz (@moow_insane)
March 20, 2012
Ternyata sok mamawa bedil beliau? :O
attayrust
February 8, 2012
setuju mang!
tadinya saya bangga dengan “perayaan’ itu, hajat pembuktian kemandirian sebagai arti sejati idie, undergruond atau apapun namanya yg merepresentasi slogan DIY. Tapi ternyata hajatan besar itu jadi (lagi2 dan selalu) bergantung pada sponsor! seolah kawan2 tak lagi merasa mampu dan gak lagi percaya diri bikin event idealis tanpa sponsor…jadi asa ngerakeun aing mah ah!
ayolah kembali ke jalan yg benar…hahahaha….!
DEADN
February 8, 2012
ku kira ini hanya masalah siapa memanfaatkan siapa! dan sudah pasti korbannya adalah yang di manfaatkan…
pis ah ngiring lalangkung
Bunga Bandung
February 8, 2012
mengatasnamakan ujungberung rebel…tpi isinya bisa dichek..berapa orang yg benar2 masih Ujungberung Rebel…karena yg saya tau teman2 ujungberung rebel lainyapun tidak diikutsertakan…hayang eksis sorangan maraneh aueynamah..ku duit jeung popularitas..busukkkkkkk
he he
February 8, 2012
…wah …punten kang Ucok….menurut saya “salah besar”….idealisme hanya ada di :”hati & pikiran”….dan tidak perlu mengkerdilkan nafas yang telah dianuhgrahkan YME ….. akan sangat bersalah sekali kalo cuma “omong doang”….dan tidaklah bijaksana hidup didunia ni kalo membatasi diri dilingkungan sendiri…. apasih musik metal itu….bukankah kita juga meniru dari sononya…..mari sesuai semangat yg kita sepakati “panjeg dina galur”….. tanpa perlu melihat apa kata orang…hajar terusss jalanan…..siapa akan membuktikan siapa…!!
…omong kosong Pak Ayi jika enggak ada manfaatnya…..omong kosong Djarum kalo cuma sponsorship yg membatasi idealisme temen-temen ……. dan banyak sekali omong kosong kalo cuma omong doang…… Indonesia is Indonesia… bhinneka tuggal ika tetep tooop sampai kapan pun….
gutterspit
February 9, 2012
jadi maksudnya???? ga masalah ama ayi vivananda gitu? ato gimana, aslina teu ngarti.
perasaan saya ga ngomongin “tidak perlu mengkerdilkan nafas yang telah dianuhgrahkan YME” sagala rupa
komo deui soal “Indonesia is Indonesia… bhinneka tuggal ika” karitu patut, paduli teuing aing mah.
E-one Hopefellbetters
February 8, 2012
pan ceuk kang ucok ge “mereka berwujud apapun bahkan yang tak pernah kan kau kira, mereka buntuti kemanapun, apapun yang kalian lakukan/ karena mereka selalu berhak mencap semua aktivitas mencurigakan, hingga satu hari semua orang terpasang chip pelacak di tengkuk mereka”
kombinasi elit politik ngan pormalitas hungkul, loloba na mah waduk hungkul, like dog shit
PimpRevolt
February 9, 2012
Ironis memang…
dulu saya terus2an mikir “PERSETAN dgn prinsip orang lain, saya punya prinsip2 sendiri, dan saya tidak akan pernah menggandakan diri saya.
jalani saja hidup kalian karena saya akan jalani hidup dengan cara saya sendiri. meski minornya komunitas dengan anggotanya yg jg minoritas, kami masih tetap berjalan, atau bahkan hanya saya sendiri. siapa yg peduli?!”
…………..
tapi karena ketidak pedulian dgn perkembang-biakan fasis dikemasyarakatan(T.A.I), minimnya usah untuk mencegah. seakan2 kami (atau dalam kasus ini, cukup saya yg merasa) membiarkan mereka terus mensyiarkan kebijakan2 (politik perizinan yang hanya mengizinkan mereka yang berduit dan dekat dengan kekuasaan yang bisa membuat acara musik secara intens) yg menguntungkan personal/pihak mereka(APARAT KEPARAT!). dan saat kejadian seperti ini sudah terjadi, saya hanya berpikir “Saya (atau kita semua? terserah) telah membiarkan mereka memasuki pintu rumah dan siap memenggal kepala kita semua, SATU PERSATU!.”
………….
dan kemudian, Kawan-kawan Ujungberung Rebels dipaksa untuk mau tidak mau, suka tidak suka, kompromi dgn hal ini (maaf, atau bisa saya sebut tunduk?).
mungkin selanjutnya kawan2 komunitas yang masih bertahan mulai digoyahkan? mungkin komunitas dari kota lainnya? atau mungkin kota saya?
hingga akhirnya kita dimusnahkan sampai keturunan terakhir, hingga mereka benar2 yakin kita telah berhenti beregenerasi!!
saya rasa “API” mulai meredup, kang Ucok. mungkin sudah saatnya kita membesarkan “API”?!
sudah saatnya kita semua lebih berhati2 lagi. jangan biarkan mereka menerobos masuk, LAGI! dan Kita semua, terpaksa, mau tidak mau, suka tidak suka harus kompromi(tunduk) pada kebijakan mereka, LAGI!
salam dari kawan2 di Lampung
🙂
ademuir
February 9, 2012
ahahahaa..buldoser komplit mang..bolt thrower oge yeuh:D
maneh tara ulin ka nilem ayeuna mah..hayang panggih laahh
@siumed
February 9, 2012
catatan yang hangat. sungguh hot jeletot, bap.
hahahaha….
denecke fam
February 10, 2012
Ijin share pak 🙂
Riweah
February 10, 2012
Hm….
mau mulai dr mana ni..karna semua sudah terjadi..apa solusi kt unt kedepan dan smoga semua bisa blajar dr semua kejadian ini….
Bravo…..never die…
pmdivision
February 10, 2012
Support untuk semua Aksi penentangan terhadap kapitalisme tai Anjing !!
menikamhampa
February 11, 2012
sesuatu banget mang ucok 🙂
RESPEK !!!!!
GREEND'HOUSESaidih
February 11, 2012
Berbuat dalam bentuk karya nyata adalah lebih baik dari pada hanya sekedar retorika dan mengumpat tanpa berbuat apa2…sebuah scene di bangun ada dasar idealisme kebersamaan dan kemadirian..saya rasa sponsor dalam sebuat event bukanlah suatu masalah untuk jaman sekarang tentunya dengan syarat mereka (sponsor) tidak mengebiri Idealisme yg kita bangun dan merubah visi dan misi yang kita perjuangkan…!!!!
slam way harder
February 11, 2012
sangat setuju dgn greend’houses,,,apapun sponsor nya,gigs besar,gigs kecil ah hate bersih weh,kami sebagai penikmat musik bangga bisa nonton lagi bandung berisik.
gutterspit
February 11, 2012
Saya agak bingung, Greendhoses dan slamwayharder nulis komen buat siapa? ditujukan pada siapa? jelas-jelas yang saya permasalahkan bukan sponsorship. mungkin kalian ngga bener2 baca tulisan diatas, atau kalian mmbuat komentar buat orang-orang lain yang komen disini????
fedge
February 11, 2012
Ijin Share Kang..hatur nuhun…
he he
February 11, 2012
..hii..hiiii… aneh juga yah dunia ini… selalu ada 2 kutub….yg diciptakan selalu bertolak belakang…..dan segenap manusia yang terhormat dipersilahkan memilihnya….. hajar terus jalanan….panjeg dina galur!!!
pras
February 12, 2012
Tanggapan buat UCOK, Senior Komunitas Underground Bandung
Kebanggaan rasa akan tampilnya komunitas kita melalui event Rebel Nation belum juga pudar, namun ketika saya membaca tulisan anda, kebanggaan ini menjadi terganggu.
Betapa tidak, analisa yang kopong, sempitnya wawasan & pergaulan, ketidak mengertian sebuah proses, dan banyak lagi….isi tulisannya tidak mencerminkan kedewasaan seorang yg mengaku sdh 20 tahun berjalan di scene Bandung, tidak mencerminkan layaknya senior yang patut dicontoh. Setidaknya itulah yg saya cerna dari isi tulisannya.
Sabar pak ucok, semua ada prosesnya, semua ada gilirannya, ngga bisa instan. Biarkan gigs-gigs yang lain tunjukkin kabisa/kreatifitas dulu, nanti juga disupport. Ingat pak!! bukan hanya djarum aja yang support, saya yakin sponsor2 lain sudah pada mengantri, tunggu aja tanggal mainnya. Dan anda ngga bisa menahan (emang ente yg punya komunitas? Emang ente sanggup ngemodalin?).
Seingat saya yg pernah disupport djarum (koil, bandungberisik, burgerkill, hellprint, deathfest, komunitas bandungselatan, jurnal karat, cimahi bergetar, Badebah, rebel nation, mungkin dikota2 lain, dan berikutnya akan ada launching buku panceg dina galur, launching buku forgotten, konser forgotten, konser karinding attack, setidaknya info ini yg saya peroleh diacara Rebel Nation kemaren. (mudah2an ngga terganggu dengan tulisan dr pak ucok). Kalo sampe ngga jadi, wahhh…bener2 terlalu pak ucok!!
Perkara beruntung bagi mereka yang punya cukup duit, dekat dengan broker event dan pintu-pintu duit korporasi (seperti Pak Herman Djarum Super itu) atau dekat dengan partai politik atau elit politik/ pejabat tertentu………itu udah rezeqinya pak, sekali lagi!! Itu udh rezeqinya pak dan memang sdh waktunya…so what gitu loh!!! Asal jangan terbawa arus, kita sdh sangat pintar dalam memilih. (soalnya kaya yg sirik, hehee, bener ngga?) (pasti ngejawabnya NGGA) dan lagi, pemilu masih jauh woi….
Pak ucoklah yang seharusnya membina mereka atau adik2 dengan gigs-gigs/band-band yang lain supaya menjadi besar dan dilirik oleh banyak pihak, bukannya malah menjauhkan mereka. (pasti ngejawabnya : saya bukan mau menjauhkan….). pak ucoklah yang seharusnya menjadi broker bagi kemajuan mereka.
Kemudian, anda bilang ini hak mereka untuk bekerjasama dengan korporasi manapun termasuk djarum, tapi ditulisan ini anda sangat tidak berhak menulis kata-kata negative, seperti kalimat (bagi kami Djarum sama busuknya dalam mengacak-ngacak Bandung).
Yukk….kita lihat sumbangsih/peranan, antara Ucok dengan Djarum? Jauuuh barudak, bukan baru komunitas underground aja yg disupport, komunitas wayang, jazz, budayawan, olahraga, slanker,Oi, penghijauan, dll (waduuh…jangan disamain dong ucok sama djarum, kan djarum banyak duitnya)…(makanya jangan suka sok mengumbar negative). Lihat apa yang sudah kita perbuat??? Saya sengaja mengirimkan tulisan ini ke PT Djarum, biar rame…biar ada respon, busuk & ngacak-ngacak seperti apa djarum di Bandung (urang oge hayang nyaho, bener teu ngacak2?). tapi klo sampe ada tuntutan hukum ti djarum urang teu pipiluannya, hahaa (pasti ngejawabnya : aing teu sieunnn, wkwkwk)….dha urang lain rek ngadu dombanya hehee
Seandainya saya jadi ucok, alangkah indahnya hal ini dibicarakan dulu dengan phak2 yang terlibat, baru boleh menyimpulkan.
Selanjutnya, tentang politik kekuasaan (para penghisap kontol dan penjilat pantat seperti kebanyakan dari mereka di arena politik sana) dan broker2 event atau eo-eo oportunis, menyusul yah soalnya panjang teuing euy…(hebat kata-kata na euy, jiga discene bandungna geus bener wae).
Saya juga yakin, tulisan ini tidak dianggap offensive, anggap aja tulisan ini kanyaah dari seorang junior (karena saya baru berjalan 7 tahunan di scene bandung) kepada seorang senior (yg sdh 20 thn), tentang etika menulis yang seharusnya ada proses cros cek terlebih dahulu, dan tentang susah payahnya dalam membangun citra komunitas ini, yang mudah2an tidak jatuh lagi gara-gara adanya catatan waduk, and the kanjut ini, dari seorang yang pengen dianggap superstar. (pasti nanti ngejawab : saya ngga pengen dianggap superstar kok).
Sorry pak ucok, visi kita sama dalam memajukan komunitas ini, tapi jelas cara kita berbeda.
Sebagai penutup, biasanya semakin tinggi dan maju sebuah komunitas akan semakin kencang angin menerjang, tetep berkreativitas teman2 dengan acara2 yang lain, nuhun.
gutterspit
February 12, 2012
Saya rasa saya tidak perlu menanggapi respon ini. Karena apa yang ia tanggapi sudah cukup jelas saya jelaskan di tulisan. Silahkan kawan-kawan lain saja yang menilai dan mengambil kesimpulan.
maolana
February 25, 2012
gakgakgakgakgak…. sumpah tah ngakak maca komen, :))
slam way harder
February 12, 2012
punteun mang ucok,abi komen kanggo nu komen didieu,
@aria di antos ah acara nu D.I.Y d tahun 2012 request band na we ,deadsquad,death vomit,forgotten!
bawol
February 12, 2012
Jadi pelaku komunitas kompromi dengan korporasi untuk bertahan hidup bukan masalah krusial selama tidak ditungganggi kepentingan orang – orang yang mengajukan diri untuk memerintah kita yg tentu saja pada akhirnya beronani dengan uang?
atau eksistensi korporasi adalah masalah yg sebenarnya?
lantas kita hidup dengan hegemoni produk korporasi sebagai infus,
tv, rokok, makanan, obat – obatan, pendidikan, bahkan tiap centimeter dompet kita.
lalu sikap seperti apa yg menurut anda benar?
mohon dijawab bang ucok
terus terang saya bingung
he he
February 12, 2012
……hidup ini bukan kesalahan yang telah kita buat, tapi tentang pelajaran yang kita dapat dan menyadari bahwa kita punya sahabat….
gutterspit
February 12, 2012
Eta pisan mang. Nuhun
Borok Paradigm
February 12, 2012
ini tulisan maksudnya mengingatkan kepada kawan2 terhadap bahaya tentakel dari gurita kapitalis terhadap eksistensi scene bawah tanah, jangan sampai bahwa eksistensi scene yang sudah dirintis puluhan tahun, dimanfaatkan oleh kapitalis untuk kepentingan politisnya, namun tidak sedikit temen2 yang membaca dan mungkin tidak mengerti mengenai pokok pikiran yang ingin bang ucok sampaikan kepada pembaca sehingga tulisan ini dinilai sebagai tulisan offensive terhadap pergerakan2 yang ada saat ini
CMIIW(Correct Me If Im Wrong)
Noetarsi
February 13, 2012
sakali deui eta pisan jawaban na…hade
diehard
February 13, 2012
tah eta jawabana bener pisan @borok paradigma
hadi
February 13, 2012
ngeri maca komenna kang pras.. ngiring ngalangkung dan menyimak we ah,om ucok..
PaDiGa
February 13, 2012
Pras? siapa itu pras??? saya sebagai bagian dari ujungberung merasa keberatan dengan komentar pras di atas, seolah-olah komentar dia mewakili barudak uber. dan seolah memojokkan ucok. yang kami tahu ucok berteman baik dengan anak2 ujungberung, dan kami yakin ucok ga bermaksud lain selain mengingatkan temen2. untuk itu KAMI BERTERIMAKASIH….. Jangan mencoba mengadu domba barudak ujungberung dengan ucok dan kawan-kawan. karena kami berteman lama, dan tidak bermasalah dengan tulisan ini. Silahkan tanya langsung pada para ce-es. cik mana barudak nu masalah jeung si ucok???. bahkan sampe sekarang ucok meskipun ngga sepaham dengan barudak uber sekalipun tetep memperlihatkan supportnya pada barudak. Eta ngarana baturan!!!! Si pras ini kelihatannya bukan budak uber, masa gak tau kalo Ucok justru yang ngebantu layout buku Panceg Dina Galur?
Kami sekali lagi berterimakasih atas tulisan ini. Nuhun cok! friendship forever brader! we lop yu!
gutterspit
February 13, 2012
Santay moal ka provok kunu kitu kami mah mang. Percanten ka barudak. tapi dina enya eta salahsahiji barudak oge kami menta hampura mang dina aya salah kecap. We Lop Yu Tu brad.
Rekti
February 13, 2012
Semoga barudak bisa memanfaatkan kesempatan ‘baik’ dengan ‘baik’ tanpa mengubah pandangan, ide-ide, apa lagi harga diri kolektif nya.
Kita masih bisa bilang : “Hatur nuhun atas dukungan terhadap pergerakan kami pak, tapi punten weh saya mah ga akan milih Bapak.”
Ya kan?
Rekti
February 13, 2012
eh sugan teh nu mimiti gagal post. sori posting dua kali cok.
gutterspit
February 13, 2012
hahay, santay mang rekti… tos di gajlengkeun.
Rekti
February 13, 2012
rilisan nu pinil eta teh janten teh? ngantri ah hiji
waliurang
February 13, 2012
@borok paradigm CERDASSSSSS……jangan sampai eksistensi scene yang sudah dirintis puluhan tahun, dimanfaatkan oleh kapitalis untuk kepentingan politisnya.
muthafuckas
February 15, 2012
\m/ tetap \m/ , politik tetap politik tidak akan sama dan tak pernah sama,…
agus geisha
February 15, 2012
damang, cok?
3 sampai 5 tahun belakangan, saya bisa sebut bahwa saya adalah company man. orang perusahaan dengan rahasia²nya. wadfuk sekali kalau satu perusahaan mendanai satu event tanpa balas jasa (terlebih kampanye terselubung politisi, nu lolong ge pasti apal). kami banyak menjaring event² untuk keperluan promo, marketing dan pasti kebutuhan perusahaan. misal ada yang datang ke perusahaan saya minta sponsorship event, saya pasti tanya, kalau saya sponsori acara kamu, buat perusahaan saya apa effectnya? (dengan bahasa masing²)….percayalah, korporasi itu tidak ada yang clean. tidak ada perusahaan yang bergerak untuk kemanusian. ini mengenai perusahaan.
mengenai politisi, lewat. malas.
mengenai memetalan. yang sangat disayangkan tentu, lama², dengan sample beberapa acara yang telah terselenggara akhirnya hidup akan menjadi slot² iklan dilayar televisi. mesti begitu. akan ada cristian sugiono versi underground, agus ringgo versi underground dll.
salam. agus geisha.
Asep Kesbol
February 15, 2012
rujit lah politik mah, komo Wakil walkot nu ker “promo gubernur” Ayi vivid entertaiment. demi aloh moal nyontreng. Mun masalah Djarum mh urang satuju wae asal saling menguntungkan mah. Nu penting lalajo2 sound alus weh, Mamang senang.. hahah.
Masalah kapitalisme, kabeh prusahaan mah orientasina profit pasti hayang untung. Mun rujit mah gs pasti nyieun Bandung Berisik 2012 isina band2 nu sok manggung di Dahsyat, inbox dll. hahah rujak bebek isina semen jeng batu bata, saha su rek ngadaharna tah
@pras: dah lama kerja di Djarum? smpe harus di belain gtu?
Elias Waluyo
February 16, 2012
Semacam agenda striping baru motor Mio (Yamaha) yang menemakan dirinya sebagai “the Spirit of Indie”, Cok?
Yuukk, indieetss abieettss, yuukk. (Hap, hap, dulu kali ah sebelum nunggang Mio dan bakar Super-nya biar tambah indiitts).
Pengooptasian dan pendomestikasian yang dilakukan korporasi dan persona-persona politik yang siap manggung itu sangat mungkin dilakukan karena “bawahtanah” dan sub-skenanya itu sangat seksi abiittss.
Banyak orang yang memilih menjadi mayat sebelum benar-benar hidup dan sebagian lainnya memilih untuk benar-benar hidup sebelum menjadi mayat; termayatkan.
Darma Harun
February 17, 2012
teruslah bersenandung, saudara elias. karena yang kuat akan selalu memakan yang lemah
must. respect. authority
“saya akan memberitahu anda bahwa musik adalah ekspresi dari emosi
dan bahwa politik hanyalah umpan persepsi.” -The Disposable Heroes of Hiphoprisy
Pro Anti Pras
February 17, 2012
prihatin urang mah pras, kamaneh. asa teu kudu ah……
aria
February 17, 2012
@slam way harder. ameng atuh ka Lumbung Padi/jeruk purut-Jaksel geura.. hoyong ngalibatkeun diri di acara D.I.Y mah…
Cirian Beungeut Aing
February 19, 2012
“…dan tentang susah payahnya dalam membangun citra komunitas ini, yang mudah2an tidak jatuh lagi gara-gara adanya catatan waduk, and the kanjut ini…”
Geuning bulatukanna teu jauh tina perkawis ‘citra’? Oh, demi bondon-bondon Situasionis. Make metafora ‘kanjut’ sagala, pinter maneh, Pras. Sugan mah imaji Djarum geus dianggap buku ‘How-to’. Tapi, sanggeus dibaca ulang, sanyaho urang, nu diangkat didieu mah lain ku Djarum-Djarum-na teuing. (Debat jeung aing, bisi salah).
Nuhun, Kang Ucok.
DTS
February 20, 2012
eff this old B.S. ini yg baru cok : KRS-One – The BDP Album!
gutterspit
February 20, 2012
Blah biasa aja ‘Ko…., cobain Ka – “Grief Pedigree” atau Mayhem Lauren “Self Induced Illness”
DTS
February 21, 2012
Bener Cok, Meyhem mantap
hahnahn
February 25, 2012
wah mantap kang analisisna
tapi bisaan oge tah ayi, “secara halus” abus ka segmen nu teu dilirik ku nu lain. apal meureunnya pasarna gede 😀
kade ah, bisi kacolongan terus, tong daek dimanfaatkeun 😀
he he
March 1, 2012
Selamat datang di gerbang kerajaan srigala…..
boil 13
March 3, 2012
asa rame uy……….
urang ge nu budak kamari ngarti dina tulisan mang ucok…
lain soal sponsorna mennnnnnnnnnn
soal c ayi ieu mah……….
Deon Haden
March 7, 2012
You have noted very interesting points! ps decent web site.
bayu
March 7, 2012
Mantap, ‘Cok..
Apanya yg ‘Rebel Nation’ dong kalo press con nya ramah tamah sama pejabat negara 🙂
Eh, kalo yg projek dokumenter ‘Membakar Batas’ itu kamu terlibat ‘Cok?
‘Membakar Batas’ kan trade mark Ucok..
Irfan Abdurachman Nasution
March 12, 2012
izin share bang … nice post renungan buat sesama penggiat komunitas, belum bisa komen banyak, takut salah ucap hehehe….
triplesix
March 19, 2012
nice artike gan ..
kabar nya HOMICIDE udah gak bikin Ts lagi ya ??
kalo saya buat satu buat dipake sendiri boleh gak bang ?
Thanx 🙂
Anak Kemaren Sore
April 5, 2012
Saya yg Anak Kemaren Sore pun tahu, haha.. sungguh sangat bodohlah orang yg salah tanggap dengan tulisan ini.. ini tulisan bagus mang ucok.
nitnot
April 7, 2012
kang ucok saya hanya penikmat, alias penonton. jelas bingung dengan tulisan ini. tadina mau lihat artikel tentang rebelnation search di google nu kaluar tulisan ieu.
tah yang jadi pertanyaan saya, sebagai anak bawang. kalo emang rebelnation itu di anggap salah dengan melibatkan pejabat, dan sponsor djarum. trus saya kalo mau nonton event2 under ground yang spekta dimana? contoh gini kang, saya resep ka burger kill. dan belakangan saya nonton burger kill di event yang di sponsori djarum, bandung berisik, launching album, terakhir kemarin2 di daerah ciparay. gigs kecil di kampung itu pun di sponsori djarum. artimya apakah itu salah juga??
trus kalo tanpa dukungan sponsor, bagaimana kang caranya komunitas kita bisa eksis? walau gimanapun yang saya btahu jaman sekarang untuk membuat sebuah acara itu biayanya mahal. bukan hanya ijin, tapi sewa tempat, sound system, produksi dll (terbukti sama saya yang gagal bikin acara pameran kamari gara2 serba mahal :D)
atau apakah cukup dengan gigs2 kecil yang biayanya relatif murah? seperti gigs di studio2. trus bagaimana caranhya saya bisa melihat senior2 saya yang sudah punya band besar seperti bk, forgooten, jeruji, koil dll. apa mungkin mereka tampil di gigs2 kecil yang mungkin ga akan nampung buat penggemarnya yang banyak?
saya jadi bingung kang, karena awalnya saya merasa mereka yang bikin acara2 underground dengan skala besar seperti bandng berisik, rebel nation itu hebat. karena buat saya pribadi acara2 itu sebagai dahaga dari acara2 under ground yang jarang. sementara untuk masuk kr komunitas2 ujungberung atau yang lainya sangat sulit bagi saya. kasarnya maenya saya ga kenal ama kang ucok ujug2 ngilu nonkrong weh, ngilu ngobrol, 😀 apan era saya 😀
soal pejabat oge kemarin saya sebagai orang yang boleh di anggap ga faham malah berkomentar ” wah hebat kang ayi, aya nu support geuning ka under ground” da saya baru lihat ayi v di rebelnation kemarin.
tah intina bagaimana saya harus bersikap, sebagai penikmat dan penonton kalau ada acara2 yang di sponsori perusahaan2 atau di dukung oleh pejabat. apakah kalo saya support dengan bentuk datanf dan membeli tiket itu artinya saya juga sudah terkontaminasi??
punten kang banyak nanya ( bukan komen) karena seperti pernyataan akang, akang2 ya udah lama dan paham inilah yang wajib mengajarkan saya yang awam, karena saya sebagai penikmat musik under ground ( penikmat da g bisa nge band :D) merasa bagian dari kominitas ini
terima kasih 🙂
Ganas Kulanas
April 11, 2012
Punten sateuacana, teu sopan, bade ngiring ngabulatuk..
Mungkin ini sebuah usaha invenstasi dari pihak-pihak tertentu untuk ‘menanamkan imej’ dalam suatu komunitas. Yah, namina orang jualan pasti alim rugi..
Ada pangsa pasar tertentu yang memang produktif untuk ‘ditanami otak’nya (pada umumnya remaja usia produktif 😀 ) untuk dijadikan pangsa pasar produktif di masa depan.. Sekarang mungkin tidak terasa, tapi mungkin di masa depan akan ada pemikiran bahwa rokok metal adalah rokok cap Paku (misalnya). Atau Pejabat metal adalah Pak Dagu (misalnya). Saking melekatnya imej yang mereka tanamkan sejak dini 🙂 .. Intina mah berubah jadi fanatisme terhadap suatu merek atau orang we lah..
Tah, mungkin ini memang sebuah usaha kontrolisasi secara halus salah sahijina melalui fanatisme.. Yah, mungkin dulur-dulur di sini juga mengetahui bagaimana dampaknya kalau korporasi atau aparat sudah memegang kontrol..
Hapunten bilih abdi alay atawa berprasangka buruk..
Tapi menurut abdi, tulisan-tulisan seperti ini memang perlu sebagai ‘pangeling-eling’ terhadap sesama (terutama dari generasi tua -yang sudah tahu pahit getir kehidupan- kepada generasi muda), agar tidak terlalu terlena oleh jalan masa depan, sedangkan kita tidak tahu mungkin ada lubang jebakan di jalannya.. Terima kasih 🙂
pimp_tito
April 13, 2012
jelema lamun pinter-pinter teuing sok jadi belegug biasana mah! salut kang ucok
Agung Gandara Alizar (@udeath)
May 1, 2012
tah ceuk urg mah . . ayena tinggal buat konsep acara (gigs / event2 lain na) nu sifat na ‘subversif’ . . yaaaaaahhh ujung2na dipastikeun aya efek samping !! tapi tina gigs (tubuh acara) nu di tuju “EFEK UTAMA” . . . mun teu salah mah perlahan na proses teh ujungna aya hasil . . . yu ah !!
evan adi
May 29, 2012
saya setuju nech ama nitnot.
sebagai anak bawang superkeroco di scene bandung yang bahkan mungkin saya hanya bisa jadi spectator di scene ini dan belum bisa “log in”. banyak pula remaja2 tanggung seperti saya yg sedang mencari-cari “the complete manual book of how to be a scenester”.
#maap curhat dan out of context om 😀
regards
safrie noxi
July 8, 2012
bereh..
PANJI
July 17, 2012
@ pras : maaf saya bukan mau tanya sama ucok tp saya mau nanya sama yang namanya prass yang katanya orangf yang mau memajukan komunitas U.G ini ataukah hanya orang yang sekedar tertarik dengan komunitas ini dari segi feature attitude dan musikalitas tanpa tau makna pergerakan atau komuniasinya,…jika demikian sungguh ironis!!, Komunitas Underground itu apa sih menurut anda tentunya secara harfiah dan global dong(mengingat ini budaya serapan)?, makna komunikasi dan pergerakan komunitas Underground ini sendiri apa sih sepengetahuan anda?
kalau saya mungkin berpendapat munjgkin Komunitas Ujung berung sekarang2 jarangf memakai kata Underground tapi mereka lebih sering memakai kata DEATH METAL karena mereka tau kalau mereka sudah keluar dari jalur pergerakan Underground ini.
namun apa yang dikatakan bang ucok juga memang benar dan tepat adanya jika itu merujuk kepada makna dari Underground secara global, Universal, dan roots histories,
so almost all people, Bands, or Community are claimed as a part of Underground Movement in INDONESIA are whole Fucken Bulshit…ore they’re better called BOROK.
Lintang
July 23, 2012
kang ucok kapan nih nyalon, kalo nyalonin diri jadi caleg saya dukung #seriusgakbohong!!!
Azam
October 14, 2012
Kang Ucok, saya berhutang inspirasi sama kang ucok, kalau boleh, saya mau ketemu langsung boleh kang?
salam kenal…
gutterspit
October 31, 2012
email saya belum rubah zam, silahkan: herry.sutresna@gmail.com
Hamba Alam
December 14, 2012
Trus kalo sosok semacam Jokowi yg notabene dianggep sbg setitik cahaya terang dan pemimpin yang patut dicontoh oleh byk masyarakat endonesa aja tidak mendapatkan kepercayaan dr seorang Ucok, trus menurut ucok karakter pemimpin yg bagaimana yg dianggap ideal dalam memimpin masyarakat.
Atau justru mungkin hidup ini harus seperti dunia yg diciptakan oleh seorang ‘bane’, dimana biarkan masyarakat menciptakan hukumnya sendiri atas nama kebebasan.
shandy jibril swt
April 9, 2013
cok eta teh si ayi nu baju hideung?????
ker naon cenah
embrio
June 13, 2013
satuju mang…
nikolai ramadhan
January 20, 2016
menarik,
saya sama sekali bukan orang jawa barat apalagi pasukan ujungberung.
tak sengaja nemu tulisan ini dengan berbagai komentarnya gara gara lagi searching ” lirik maut ucok di honay nya SK ”
pras = ga paham arti korporasi, ga ngerti apa itu perusahaan.
sudah itu saja terimakasih
zurieldwiprakoso
September 5, 2021
baru baca catatan lama mang ucok ini dan saya setuju mang, permasalah seperti udah menjalar ke segala komunitas bukan hanya dalam dunia musik saja. kerjasama antara sesuatu komunitas dan korporat terkadang adalah sebuah hal yg dapat menjadi sebuah bom waktu yg dapat menghancurkan kemurnian dan niat awal komunitas yg dulu di bangun dengan mengandalkan kolektif/solidaritas, apalagi sistem kerjasama ini terkadang sangat kental di susupi kepentingan politik kekuasaan yg mencari massa untuk dapat mempermudah dirinya berkuasa.
hormaat saya untuk artikel2 mang ucok yg terkadang jadi ilmu hidup&pengetahuan saya hehe.
Sehat dan di berkati selalu hal-hal baik mang buat keluarga, dan teman2. Amin.